Untuk perempuan…
Apa bedanya antara desahan nikmat berbayar dengan sebuah isak tangisan? Jika setelah mendesah dan dibayar kemudian hati akan menagis terhina…Karena sebenarnya perempuan bukan untuk barang obralan. Mungkin karena logika yang rusak atau karena nafsu birahi perempuan itu sendiri. Entah birahinya kepada uang atau belaian palsu dari laki-laki berhati bunglon. Namanya pelacur, perempuan dan dipandang sebelah mata. Uh, seperti tidak apa pekerjaan yang lainnya. Cibirnya, cibir mereka dan cibirmu…
Ataukah benar, pelacur lebih mulia daripada koruptor negeri ini yang membuat miskin rakyat-rakyatnya. Sebab koruptor pemakan hak milik rakyat? Ah, mana tahu petinggi negeri ini yang korupsi terlanjur berhati mati tak tau malu! Pelacur juga tak tahu malu, kan. Mengumbar telanjang badan ke sana-sini. Biar begitu,pelacur tetap cantik dimata orang berjiwa bajingan, yang tak bisa menghargai perempuan. Lho kan perempuannya yang bersedia untuk di…Ya, apapun alasannya laki-laki baik sejati tak akan pernah doyan sama perempuan begituan.
Pelacur, adalah perempuan penghibur teruntuk lelaki yang berhati bangsat! Kehormatan perempuan sebenarnya hanya akan pantas dibayar dengan sebuah kasih sayang dan kesetiaan. Bukan dengan selembaran uang yang akan hangus dibakar atau akan ludas dihancurkan air…
Perempuan, apakah sekiranya tak ada pekerjaan lain yang lebih mulia daripada sebagai pelacur? Ah, persetan tentang kata mulia, yang penting bahagia, jadi itu tujuan satu-satunya ya! Apakah melacurkan diri akan membawa sebuah kebahagiaan. Jika iya, tolong ceritakan pada dunia. Bahagia atau tidak, dosa tetaplah dosa. Dan pergumulan yang terbaik, hanya pergumulan antara sepasang suami-istri yang sah, bukan pergumulan selayaknya binatang yang sedang kehausan hasrat seksual!
Kata Pelacur sendiri, aku sok menggurui. Aku sok suci. Padahal aku belum tentu baik. Bukan bermaksud mengolok-olok, tapi kata-kataku menandakan aku sedang merendahkanmu. Maaf! Jika memang merasa terendahkan, kenapa tak diniatkan saja untuk berhenti mencari nafkah dengan jalan itu? Selagi raga masih mampu, dan akal kita masih bisa membedakan antara yang benar dan salah. Toh setiap orang juga punya masa lalu yang kelam. Dan tentang masa depan yang lebih baik pasti bisa diusahakan dan diwujudkan asal ada kemauan!
“Aku lebih nyaman begini”, mungkin ada yang berujar demikian. Barangkali itu sebuah kebiasaan yang sulit untuk disembuhkan.
“Aku akan mati jika berhenti melakoni profesi semacam ini”. Itu asumsi yang kurang tepat. Bumi ini luas, rejeki yang halal pun luas tersebar. Kenapa mesti takut kekurangan jika kita mau berusaha memeras keringat kita?
“Karena suamiku pengangguran dan aku butuh uang!”. Oh ya, benar sudah dipikirkan dua kali kah menekuni pekerjaan yang beresiko tinggi ini?
“Aku tidak kenal Tuhan, dan keparat dengan omongan orang….”. Silakan, karena hidup itu pilihan. Setiap makhluk sibuk dengan urusannya masing-masing. Dan sebaik-baiknya penasehat diri adalah diri sendiri. Bisa dikatakan pelacur itu perempuan yang gagal menyayangi kehormatannya sendiri.
“Mohon jangan menghakimi aku dan hidupku”, sebut saja itu nasib karena biasanya polisi memang suka berpatroli kesana-kemari. Khususnya di tempat-tempat rahasia. Ah, bodoh amat tentang keadilan. Hukum di negeri ini belum bisa sepenuhnya ditegakkan. Kalau artis yang nyambi melacurkan diri berhasil dioperasi, kenapa tidak untuk perempuan-perempuan tersembunyi di setiap penjuru negeri ini? Yang menyebar liar, main umpat dan meresahkan lingkungan.
“Mungkin ini jalanku!”, ya itu memang jalan hidup. Yang sebenarnya wajib dihindari oleh setiap perempuan.
Menjadi perempuan adalah anugerah dari Sang Pencipta yang sangat luar biasa! Tidak ada perempuan yang sempurna tapi kita diwajibkan untuk menjaga kehormatan dan kemaluan kita sendiri dengan bijaksana. Perempuan tak perlu harus cantik dan kaya atau terkenal, jadilah perempuan yang alami. Semangat untuk memperbaiki diri, lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali. Selagi masih ada kesempatan untuk berbenah diri. Menjadi perempuan, adalah berlian untuk selalu disyukuri karena perempuan adalah sendi-sendi negeri ini yang dibutuhkan untuk pencetak generasi yang hebat. Jika perempuan kita lemah, generasi kita pun akan lemah. Generasi hebat terlahir dari perempuan yang hebat pula! Jerit hati perempuan pasti ingin bisa menjadi perempuan yang seutuhnya, sewajarnya dan baik. Mencoba membuka mata dengan rasa, tak kala pelacuran sedang ramai diperbincangkan di negeriku. Aku hanya mampu mengadu pada sang waktu, begitu bergejolaknya hatiku mana kala kutahu bukan hanya perempuan yang kekurangan ekonomi yang mau melacurkan diri. Tapi perempuan yang tergolong kelas atas pun mau (sesaat) menyewakan selangkangannya…
Naudzubillahimindzalik!(Sumber)