Setelah
sempat tertunda selama beberapa hari, penyelaman akhirnya bisa
dilanjutkan kembali pada Jumat kemarin oleh pasukan TNI Angkatan Laut
dan Basarnas untuk mencari puing-puing pesawat AirAsia QZ8501 yang jatuh
di Selat Karimata, Kalimantan Tengah, pada Minggu 28 Desember 2014.
Tantangan
yang dihadapi oleh para penyelam tergolong berat. Meski rata-rata
kedalaman laut di Selata Karimata hanya mencapai 30-40 m, namun kondisi
alam yang tidak menentu membuat proses penyelaman cenderung berisiko.
Ombak besar, jarak pandang di bawah air yang sangat terbatas, menambah
sulit penyelaman.
Bagi
sebagian orang yang masih percaya takhayul, ganasnya alam di lokasi
pencarian dikaitkan dengan mitos Ratu Junjung Buih, penunggu Selat
Karimata. Namun hal ini sama sekali tidak membuat gentar para penyelam.
Kapten Laut Pelaut Edy Tirtayasa, justru mengatakan timnya hanya takut
kepada dekompresi. Seperti apa wujudnya?
Dekompresi
memang menjadi 'hantu laut' sebenarnya bagi para penyelam. Penyakit
yang juga dikenal sebagai Decompression Sickness sangat dihindari para
penyelam.
Secara
awam, penyakit dekompresi bisa diartikan sebagai kondisi di mana
akumulasi nitrogen yang terlarut setelah penyelaman membentuk gelembung
udara yang menyumbat aliran darah dan mengganggu sistem syaraf pada
tubuh.
Akibatnya,
muncul kondisi yang mirip stroke, dengan gejala seperti mati rasa,
kelumpuhan. Bila dalam kondisi lebih parah, bisa berakibat fatal;
penderita meninggal dunia!
Hukum Fisika
Dalam
buku panduan penyelaman yang digunakan salah satu klub selam di
Jakarta, Bintang Laut, disebutkan, bahwa berbagai hukum fisika
berlangsung selama penyelaman. Mulai dari hukum Archimedes, Boyle,
Charles, Dalton, dan Henry. Agar lebih mudah mengingatnya, biasa
disingkat dengan hukum ABCDH.
Dari
lima teori ini, hukum Henry-lah yang dianggap paling mampu menjelaskan
proses dekompresi dan penyakit dekompresi yang dialami penyelam. Teori
Henry secara singkat menyebut, "Kelarutan gas berbanding lurus dengan
tekanan pada gas itu."
Panduan
penyelaman lain seperti dilansir Belajardiving.com, juga menyebutkan
bahwa selain hukum Henry, hukum Boyle yang menyebutkan, "Semakin tinggi
tekanan udara berbanding lurus dengan kepadatan udara dalam volume yang
sama."
Hukum-hukum
fisika ini tentu saja hanya menjelaskan teori yang mendasari proses
terjadinya penyakit dekompresi, namun yang menjadi biang keladinya
adalah gas Nitrogen. Seperti diketahui, udara yang kita hirup
sehari-hari tidak hanya berisi Oksigen (O2), melainkan terdapat juga
berbagai gas lain, termasuk Nitrogen.
Selama
ini banyak yang beranggapan, bahwa penyelam bernafas dengan gas murni
yang tersimpan dalam tabung. Tentu saja anggapan ini salah.
Meskipun
tubuh manusia membutuhkan Oksigen dalam bernafas, namun gas ini akan
berubah menjadi racun bila berada dalam tekanan yang tinggi. Karena itu,
gas yang terdapat dalam tabuh penyelam adalah udara normal yang
dikompresi menggunakan alat kompresor.
Udara
sendiri terdiri dari 78,084% nitrogen, 20,946% oksigen dan 1% gas-gas
lain yang tidak memiliki efek. Agar lebih mudah diingat, biasanya
dibulatkan menjadi 79% Nitrogen dan 21% Oksigen.
Nitrogen
adalah gas paling berlimpah di atmosfer, tetapi tidak digunakan dalam
sistem pernafasan manusia. Gas nitrogen inilah yang meningkatkan risiko
penyelaman, di mana salah satunya adalah penyakit dekompresi.
Dalam
kehidupan sehari-hari, nitrogen yang tidak berguna bagi tubuh akan
dibuang dengan cepat melalui proses respirasi atau pernafasan. Namun
kondisi ini akan berbeda ketika melakukan penyelaman. Penambahan tekanan
seiring semakin dalam penyelaman dilakukan, maka jumlah nitrogen yang
masuk ke tubuh juga meningkat.
Peningkatan
jumlah nitrogen dalam tubuh pada saat penyelaman berjalan sesuai dengan
Hukum Henry. Artinya semakin dalam penyelaman, maka semakin banyak juga
Nitrogen yang memenuhi tubuh penyelam. Kelebihan nitrogen dalam tubuh
akan diserap oleh jaringan. Jaringan lemak dikenal yang paling banyak
menyerap Nitrogen.
Tubuh
manusia sebenarnya mampu menetralisir kelebihan Nitrogen dalam ambang
wajar. Tubuh akan dengan cepat melepaskannya kembali lewat proses
respirasi.
Hal
yang sama juga sebenarnya terjadi saat penyelaman. Tubuh dengan
sendirinya akan berusaha melepaskan kelebihan Nitrogen yang terdapat
dalam tubuh.
Namun
proses ini tidak bisa dilakukan secepat saat kita berada di permukaan.
Butuh waktu untuk melepaskan sisa Nitrogen yang terdapat di dalam tubuh.
Perbedaan tekanan juga membuat proses pelepasan Nitrogen ini perlu
dilakukan secara berhati-hati.
Perbedaan Tekanan
Dalam
sebuah percobaan hukum Henry terlihat bagaimana udara yang ditempatkan
bersama air dalam sebuah bejana diberi tekanan. Semakin besar tekanan
yang diberikan, maka tingkat kelarutan udara dalam zar cair akan semakin
meningkat juga.
Sebaliknya,
saat tekanan dalam bejana tersebut sudah cukup tinggi, apabila tekanan
udara dikurangi secara perlahan-lahan, maka gas yang terlarut akan
dibebaskan secara perlahan kembali ke udara tanpa membentuk gelembung
udara.
Lain
halnya bila tekanan tersebut dikurangi secara cepat, maka udara yang
terlarut di dalam zat cair akan dibebaskan secara cepat pula, dan
membentuk gelembung udara seperti air mendidih (boiling water).
Kondisinya mirip dengan minuman bersoda yang tutupnya tiba-tiba dilepas
akan menimbulkan buih akibat lepasnya gas CO2.
Proses
ini-lah yang dialami oleh para penyelam bila melakukan penyelaman yang
cukup lama dan naik terlalu cepat ke permukaan. Perbedaan tekanan yang
terjadi menyebabkan tubuh tidak cukup waktu untuk melepaskan Nitrogen
yang berlebih.
Bahkan,
perubahan tekanan yang terlalu cepat membuat gas tersebut menjadi buih
yang berpotensi menyumbat pembulu darah dan mengganggu fungsi syaraf.
Kondisinya mirip dengan buih yang terbentuk saat botol bir yang dibuka
tiba-tiba.
Gejala
penyakit dekompresi biasanya terbagi dua. Pertama tipe pain only yang
relatif lebih ringan dan biasanya menyebabkan rasa sakit di bagian
persendian, sakit kepala, dan gatal-gatal di kulit. sedangkan tipe kedua
adalah yang serius.
Ini
biasanya terjadi bila penyelam melakukan pelanggaran berat terhadap
aturan durasi dan kedalaman serta naik ke permukaan dengan cepat.
Akibatnya, efeknya bisa mengakibatkan kelumpuhan, kehilangan kesadaran,
bahkan bisa memicu kematian.
Karena
itu, bagi penyelam, penting untuk mengetahui cara kerja tabel
penyelaman agar mengetahui batasan kedalaman dan durasi penyelaman.
Selain itu, penyelam juga harus naik dengan perlahan-lahan dan melakukan
deco stop bila dibutuhkan.
Deco
stop adalah kondisi di mana penyelam berhenti di kedalaman tertentu
untuk memberi waktu bagi tubuh mengeluarkan kelebihan Nitrogen yang
terdapat dalam jaringan.
(sumber)
