Media ternama Singapura, The Straits Times baru-baru ini melakukan wawancara (dalam bahasa inggris) dengan Presiden Indonesia Joko Widodo di Istana Bogor, menjelang kunjungan resminya ke Singapura (28 Juli-29 Juli).
Presiden Jokowi menyoroti hubungan bilateral "luar biasa" antara Singapura dan Indonesia, menambahkan bahwa Singapura adalah investor nomor satu di Indonesia.
Dari video yang diterbitkan pada tanggal 27 Juli, jelas bahwa Presiden Jokowi mungkin lebih nyaman menggunakan Bahasa Indonesia.
Ketika Presiden Jokowi diharapkan bermain melakukan "Wawancara video ajakan investasi kepada investor Singapura oleh Presiden Indonesia" untuk berinvestasi, apa yang ST (Strait Times) pikirkan saat mereka mengunggah video tersebut?
Jika Presiden Jokowi sangatlah jelas tidak nyaman berkomunikasi dalam bahasa Inggris, mengapa The Straits Times tidak bisa membuat ulang saja rekaman video yang dalam Bahasa Indonesia? Mereka bisa menerjemahkan pesannya dalam teks berbahasa Inggris pada video.
Dan untuk membuatnya makin terlihat tidak nyaman, wartawan The Straits Times terus melanjutkan bertanya, meminta dia "apa pesan Anda kepada investor di Singapura".
Kali ini, Presiden dengan ramah memberi senyum lebar dan berkata "datang dan berinvestasi di Indonesia" sebelum melambaikan untuk menghentikan pertanyaan lebih lanjut dari wartawan.
Perdana Menteri India Narendra Modi meraih penghargaan The Straits Times “Tokoh Asia 2014”. Pada tahun 2013, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe dan Presiden China Xi Jinping menerima penghargaan bersama-sama dan tahun 2012 penghargaan diberikan kepada pemimpin Myanmar Thein Sein.
Mungkin The Straits Times bisa memberikan penghargaan “Tokoh Asia 2015” kepada Presiden Jokowi sebagai bentuk permintaan maaf.
Sumber: http://mothership.sg/2015/07/nation-building-straits-times-releases-unflattering-jokowi-video/
Berikut video wawancara Jokowi yang dirilis The Straits Times: