Pengakuan Para Sundal dari Indonesia dan Lainnya di Malaysia


VIDEO - Pengakuan Para Sundal dari Indonesia dan Lainnya di Malaysia

Sundal atau dihaluskan secara aneh menjadi pekerja seks komersial (PSK) tak pernah benar-benar hilang di manapun. Begitu juga di negeri berpenduduk mayoritas muslim seperti Indonesia, Malaysia hingga Uni Emirat Arab.

Pelacuran di Malaysia memang kenyataan lama, tetapi video ini menyoroti khusus perempuan belia atau di bawah umur.




afa
Salah seorang pelacur yang direkam memakai kamera telepon seluler mengaku berasal dari Indonesia. Perhatikan video di atas mulai menit ke 6.50. Perempuan itu mengaku berumur 17 tahun. Pertama datang ke Kuala Lumpur berusia 15 tahun. Ibu dan ayahnya tidak punya uang, miskin. "Saya harus kerja di sini," katanya.

Dalam semalam, dia mengaku biasa melayani 5 pria dari berbagai bangsa, mulai Malaysia, Amerika hingga Australia. Ia mengakui pula, orangtuanya tidak tahu pekerjaan sebenarnya di Malaysia. Mereka tahunya kerja di restoran. Yang jelas, dia rutin kirim uang untuk orangtuanya.

Wawancara berikutnya dengan sundal dari Thailand, juga berusia 17 tahun. Dia mengaku sudah berada di Malaysia selama 2,5 tahun. Ia tidak menjajakan diri secara langsung kepada pria hidung belang, melainkan lewat jejaring mucikari.

Ia tinggal menuruti perintah mucikarinya untuk menemui lelaki yang membookingnya di hotel.
Sundal ini merasa tidak wajar saja meski melacur sejak di bawah umur. "Saya sanggama dengan banyak pria Iran di sini, mungkin lebih dari 100 atau 200 orang selama 2,5 tahun di sini. Mereka belajar di sini, kerja di sini, bisnis di sini, transit di sini, berlibur di sini. Anda bukan satu-satunya," kata pelacur itu.
Ia menambahkan, "Itu sebabnya mereka suka ke Malaysia karena Malaysia sangat terbuka."

Sebagaimana pelacur dari Indonesia tadi, perempuan dari Thailand ini juga mengaku berasal dari keluarga miskin. "Itu sebabnya uang menjadi penting bagi saya," akunya. Jika sudah punya uang banyak, katanya pula, tidak ingin melacur lagi.

Sementara, Assistant Superintendent of Police, Mohd Hadzwan Zulkefle dari unit anti perdagangan manusia Kepolisian Malaysia mengakui banyak perempuan berusia belasan tahun yang masuk dari Vietnam dan lainnya.



(sumber)