Mungkinkah kita menangkap petir? Jawabannya tentu tidak dan itu bisa menjadi hal yang mustahil untuk dlakukan. Tetapi bagaimana dengan benda lain, seperti pasir, tanah, atau alat-alat elektronik yang digunakan?
Mungkin akan terdengar aneh, jika ternyata ada benda yang ternyata bisa 'menangkap' petir. Petir sendiri merupakan sebuah aliran listrik yang terjadi akibat gesekan yang bisa terjadi antara awan dengan awan, atau awan dengan daratan.
Petir dapat terjadi dalam waktu yang singkat, yang dapat mengeluarkan energi sebesar 5 gigajoule, yang kekuatannya cukup untuk meratakan sebuah. Tetapi, ternyata kini petir bisa 'ditangkap' bahkan meninggalkan jejak berupa fosil petir.
Ketika petir yang kuat menghantam daerah berpasir seperti pantai atau bukit pasir, partikel pasir dapat mencair dan mengering bersama-sama dalam waktu kurang dari satu detik. Pasir meleleh pada sekitar 1800 derajat Celsius, namun suhu dari sambaran pencahayaan bisa mencapai 30.000 derajat, atau lebih dari lima kali suhu di permukaan matahari.
Fosil petir. |
Fulgurites biasanya ditemukan di bawah permukaan pasir, umumnya bercabang dengan diameter bervariasi. Bentuknya mencerminkan jalur petir, yang menghantam ke dalam tanah. Karena itu, fulgurites kadang-kadang disebut "fosil petir".
Fulgurites terlihat seperti akar, bercabang, serta memiliki permukaan kasar, ditutupi dengan butiran pasir yang sebagian meleleh. Tapi permukaan bagian dalam biasanya halus seperti kaca akibat pendinginan yang sangat cepat dan pemadatan pasir. Ukuran dan panjang fulgurite tergantung pada kekuatan sambaran petir dan ketebalan pasir.
Banyak fulgurites yang ditemukan hanya memiliki diameter satu atau dua inci dan panjang bisa mencapai 30 inci, tapi fulgurites dengan panjang 4,8 meter pernah ditemukan. Beberapa fulgurites dapat menembus jauh ke dalam tanah.
Fulgurites juga dapat terbentuk ketika sambaran petir mengenai batu, dan membentuk kerak kaca dan kadang-kadang sebagai urat pada lapisan permukaan batu yang sudah ada sebelumnya.
Fulgurites telah ditemukan sejak awal tahun 1711 dan ditemukan di seluruh dunia, dari puncak gunung ke gurun Sahara, tetapi dianggap langka. Mereka tidak berharga tapi dihargai oleh banyak untuk nilai ilmiah mereka. Dengan mempelajari distribusi fulgurites di daerah tertentu, misalnya, seseorang dapat menyimpulkan terjadinya aktivitas badai di daerah selama periode tertentu, yang pada gilirannya dapat membantu memahami iklim masa lalu.
Fulgurites paling tua ditemukan berumur 250 juta tahun yang ditemukan di Sahara, yang membuktikan jika gurun ini pernah menjadi daerah yang subur, di mana badai hujan pernah melanda daerah ini.