Presiden Barack Obama, CEO Facebook Mark Zuckerberg, Google hingga Twitter menaruh perhatian besar pada siswa asal Texas, Amerika Serikat, Ahmed Mohammed. Ahmed diundang Obama ke Gedung Putih, Zuck mengundang ke kantor Facebook, begitu juga dengan Twitter dan Google yang ikut mengundang Ahmed.
Siapa Ahmed dan bagaimana kisahnya hingga para tokoh berperngaruh di Amerika Serikat itu berebut ingin bertemu dengannya?
Dilansir sydneymorningherald, Kamis (17/9/2015) Ahmed pelajar muslim berusia 14 tahun itu begitu bangga bisa menciptakan jam digital dari beberapa perangkat dan kotak pensil yang akan ditunjukan ke gurunya pada Senin (14/9) lalu.
Respons gurunya di MacArthur High School justru malah memanggil polisi karena berpikir jam buatan Ahmed adalah sebuah bom. Ahmed yang bercita-cita ingin menjadi insinyur itu diborgol polisi dan ditanya soal jam buatannya.
Sejak peristiwa itu dan gambar Ahmed yang terlihat kebingungan saat ditangkap beredar, dukungan untuk Ahmded di media sosial mengalir deras.
Ahmed adalah anak yang percaya diri, remaja berkacama tebal ini mulai bersekolah di MacArthur High School sejak beberapa minggu lalu. Dia memiliki bakat dalam mengutak-atik sebuah benda misalnya dia membuat radio sendiri dan speaker bluetooth sebagai hadih untuk temannya.
Dia ingin memberitahukan gurunya soal temuannya. Sehingga pada Minggu malam dia memasang perangkat jam digital buatannya (sebuah perangkat kecil di atas papan dan tombol penghubung).
Ahmed dengan bangga menunjukan hasil kreasinya kepada gurunya di sekolah. Namun gurunya terlihat khawatir.
"Dia (Teknik Mesin) suka, katanya itu bagus. "Saya sarankan kamu jangan menunjukkan jam ini kepada guru lainnya," ucap Ahmed menirukan ucapan gurunya saat itu.
Foto: Reuters |
Saat pelajaran Bahasa Inggris, jam Ahmed berbunyi dan mengganggu guru Bahasa Inggris yang sedang mengajar itu. Ahmed lalu menunjukkan jam ciptaannya ke depan guru. Namun guru tersebut justru mengatakan jam buatan Ahmed seperti bom.
"Saya bilang kepada beliau, ini bukan bom," ucap Ahmed.
Namun guru Bahasa Inggris itu tetap mengambil jam dan meminta Ahmed datang ke ruang kepala sekolah.
"Mereka meminta saya ke sebuah ruangan dengan 5 orang petugas yang menginterogasi saya dan mengeledah barang-barang saya. Mereka mengambil tablet saya, sambil bertanya " Jadi kamu mencoba untuk membuat bom? Saya menjawab, "Tidak, saya mencoba membuat sebuah jam," kisah Ahmed.
Namun jawaban Ahmed itu diragukan dan petugas tetap tidak percaya. "Itu terlihat seperti bom bagi saya," ucap petugas seperti ditirukan Ahmed.
Ahmed lalu dibawa ke kantor polisi, diborgol dan diambil sidik jarinya.
Sumber: nbcnews.com |
Selama pemeriksaan, petugas berulang kali mengikat nama belakang Ahmed. Ketika Ahmed mencoba menelepon ayahnya, petugas bilang dia tidak bisa berbicara dengan ayahnya sampai selesai pemeriksaan.
"Saya merasa ini tidak adil, karena saya membawa sesuatu ke sekolah yang tidak membahayakan bagi siapapun. Saya tidak melakukan apapun yang salah. Saya hanya menunjukkan kepada guru saya sesuatu," kata Ahmed.
Setelah pemeriksaan itu, polisi merilis bahwa bom yang dikhawatirkan itu tidak ada. Jam digital yang diduga bom itu memang benar sebuah jam.
Keluarga Ahmed mengatakan karena peristiwa itu Ahmed diskors dari sekolah selama 3 hari. Menurut Ayah Ahmed, Mohamed Elhassan Mohamed, hal ini merupakan dampak dari Islamophobia.
"Anak saya hanya ingin membuat sesuatu yang berguna. Tetapi karena namanya Mohamed dan karena peristiwa 11 September itu, saya rasa anak saya mendapat hal yang buruk," ucap Elhassan yang merupakan imigran Sudan ini.
Walikota Irvine tempat Ahmed tinggal, Beth Van Duyne mendukung sekolah dan polisi untuk menginvestigasi ancaman dari siswa yang membuat jam tersebut.
"Saya tidak menyalahkan pihak sekolah atau polisi yang menyelidiki apa yang dianggap mereka sebagai ancaman. Mereka punya prosedur untuk menangangi ancaman atau tindakan kriminal yang ditemukan. Mereka mengikuti prosedur untuk melindungi para siswa dan pihak sekolah..," katanya.
"Saya berharap kejadian ini tidak membuat tidak mengurangi ketatnya pengawasan polisi dan personel sekolah untuk menjaga keselamatan dan keamanan sekolah kami," tambahnya.
Berdasarakan informasi yang dilansir CNN, Kamis (17/9/2015), media sosial langsung bereaksi terhadap apa yang menimpa Ahmed. Tagar #IStandWithAhmed pun sempat menjadi trending topic world wide setelah di tweet lebih dari 100.000 kali sejak Selasa (15/9) pagi.
Kasus ini menghebohkan Amerika Serikat karena polisi dan guru dianggap diskriminatif. Banyak yang kemudian mendukung Ahmed. Termasuk Presiden AS Barack Obama yang mengundangnya ke Gedung Putih.
"Jam yang keren Ahmed. Maukah kamu membawanya ke Gedung Putih? Kita harus menginspirasi lebih banyak anak seperti kamu agar menyukai ilmu sains. Itulah yang membuat Amerika hebat," tulis Obama di Twitter resminya.
CEO Facebook Mark Zuckerberg juga mengundang Ahmed ke kantor Facebook.
"Memiliki skill dan ambisi untuk membuat sesuatu yang keren harus dihargai, bukannya malah ditangkap. Masa depan dimiliki oleh orang seperti Ahmed. Ahmed, jika kamu ingin datang ke Facebook, aku ingin bertemu denganmu," tulis Zuck di Facebook.
Sedangkan Google mengundang Ahmed agar ambil bagian dalam pameran sains yang mereka adakan. "Bawalah jam kamu itu," kata pihak Google.
(sumber)