Ketika insiden terjadi, crane milik keluarga Bin Laden dengan kapasitas lebih dari 1.000 ton tersebut menembus dua lantai Masjidil Haram. (Getty Images)
Jakarta, CNN Indonesia -- Publik dunia dikejutkan dengan insiden jatuhnya alat berat di Masjidil Haram, Mekkah, Arab Saudi, pada Jumat (11/9), menewaskan setidaknya 107 orang dan melukai ratusan lainnya. Ketika insiden terjadi, alat berat dengan kapasitas lebih dari 1.000 ton tersebut menimpa dua lantai sekaligus masjid terbesar di dunia itu.
Sekretaris Perusahaan PT Waskita Karya (Persero) Tbk Antonius Nugroho menyebutkan, informasi yang dia terima dari Kepala Cabang Waskita Karya di Jeddah, Nurandono, crane tersebut jatuh berdebum dan menghantam hingga lantai 3 masjid terbesar di dunia itu.
Dalam keterangan itu disebutkan insiden jatuhnya crane diduga disebabkan oleh cuaca ekstrem di Mekkah, dengan angin kencang, turunnya hujan deras selama 17 jam disertai butiran es dan angin yang masih berlangsung hingga salat Maghrib berlangsung.
"Pada saat salat Maghrib, tiba-tiba mobile crane milik kontraktor utama proyek perluasan Masjidil Haram, Saudi Bin Laden Group ambruk mengenai atap Sai hingga tembus dua lantai, sampai lantai 3," kata Antonius ketika dihubungi CNN Indonesia, Sabtu (12/9).
"Mamoth (merek crane) ambruk di antara 2 tower crane yang berada di atap Sai. Semua karyawan dan pekerja Waskita selamat," kata Nurandono.
Menurut Antonius, crane yang bermerk Mamoth dan berkapasitas 1.300 ton itu merupakan crane terbesar kedua di dunia.
Sementara, Antonius memaparkan bahwa Waskita Karya kini masih terlibat dalam proyek perluasan Masjidil Haram, sebagai subkontraktor penyuplai beton untuk pembuatan kolom dan balok.
Aktivitas fabrikasi pembesian kolom untuk Masjid Haram dikerjakan di workshop berlokasi 10 kilometer dari proyek masjid.
"Sebanyak 60 pekerja dan 6 karyawan khusus untuk masjid semua dinyatakan selamat. Pekerjaan ditempat ambruk sudah selesai dan tidak ada sangkut pautnya dengan pekerjaan Waskita," kata Antonius.
Milik keluarga Bin Laden
Antonius menyebutkan, crane yang jatuh adalah milik Saudi Bin Laden Group, perusahaan kontraktor besar yang didirikan oleh ayah Osama Bin Laden, Muhammmed Bin Laden.
Dikutip dari The Telegraph, Saudi Bin Laden Group memiliki hubungan yang dekat dengan keluarga kerajaan Saudi dan memiliki pengaruh yang cukup besar di Saudi.
Proyek pengembangan Masjidil Haram tersebut bernilai 14 triliun poundsterling dan hanya salah satu dari sejumlah proyek bergengsi perusahaan ini.
The Telegraph menyebutkan, terdapat beberapa proyek perluasan yang tengah berlangsung di Kompleks Masjidil Haram seluas 88 acre. Crane tersebut merupakan salah satu dari puluhan yang tersebar di sekitar Masjidil Haram.
Proyek perluasan Masjidil Haram dimulai tahun lalu dengan tujuan agar dapat lebih banyak menampung lebih banyak pengunjung.
Pada Juli lalu, Raja Salman bin Abdulaziz meluncurkan lima proyek baru yang termasuk dalam tahap ketiga perluasan Masjidil haram. Proyek yang diinisiasi oleh almarhum Raja Abdullah ini diperkirakan senilai US$26,6 triliun.
Hingga saat, dua warga negara Indonesia atas nama Iti Rasti Darmini (embarkasi Jawa Barat) dan Masnauli Sijuadil Hasibuan (embarkasi Medan) terkonfirmasi tewas.
Direktur Jenderal Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia, Lalu Muhammad Iqbal menyatakan bahwa diduga terdapat empat WNI lain yang tewas, tetapi belum dapat dikonfirmasi kebenarannya hingga berita ini ditulis.
Sekretaris Perusahaan PT Waskita Karya (Persero) Tbk Antonius Nugroho menyebutkan, informasi yang dia terima dari Kepala Cabang Waskita Karya di Jeddah, Nurandono, crane tersebut jatuh berdebum dan menghantam hingga lantai 3 masjid terbesar di dunia itu.
Dalam keterangan itu disebutkan insiden jatuhnya crane diduga disebabkan oleh cuaca ekstrem di Mekkah, dengan angin kencang, turunnya hujan deras selama 17 jam disertai butiran es dan angin yang masih berlangsung hingga salat Maghrib berlangsung.
"Pada saat salat Maghrib, tiba-tiba mobile crane milik kontraktor utama proyek perluasan Masjidil Haram, Saudi Bin Laden Group ambruk mengenai atap Sai hingga tembus dua lantai, sampai lantai 3," kata Antonius ketika dihubungi CNN Indonesia, Sabtu (12/9).
"Mamoth (merek crane) ambruk di antara 2 tower crane yang berada di atap Sai. Semua karyawan dan pekerja Waskita selamat," kata Nurandono.
Menurut Antonius, crane yang bermerk Mamoth dan berkapasitas 1.300 ton itu merupakan crane terbesar kedua di dunia.
Sementara, Antonius memaparkan bahwa Waskita Karya kini masih terlibat dalam proyek perluasan Masjidil Haram, sebagai subkontraktor penyuplai beton untuk pembuatan kolom dan balok.
Aktivitas fabrikasi pembesian kolom untuk Masjid Haram dikerjakan di workshop berlokasi 10 kilometer dari proyek masjid.
"Sebanyak 60 pekerja dan 6 karyawan khusus untuk masjid semua dinyatakan selamat. Pekerjaan ditempat ambruk sudah selesai dan tidak ada sangkut pautnya dengan pekerjaan Waskita," kata Antonius.
Milik keluarga Bin Laden
Antonius menyebutkan, crane yang jatuh adalah milik Saudi Bin Laden Group, perusahaan kontraktor besar yang didirikan oleh ayah Osama Bin Laden, Muhammmed Bin Laden.
Dikutip dari The Telegraph, Saudi Bin Laden Group memiliki hubungan yang dekat dengan keluarga kerajaan Saudi dan memiliki pengaruh yang cukup besar di Saudi.
Proyek pengembangan Masjidil Haram tersebut bernilai 14 triliun poundsterling dan hanya salah satu dari sejumlah proyek bergengsi perusahaan ini.
The Telegraph menyebutkan, terdapat beberapa proyek perluasan yang tengah berlangsung di Kompleks Masjidil Haram seluas 88 acre. Crane tersebut merupakan salah satu dari puluhan yang tersebar di sekitar Masjidil Haram.
Proyek perluasan Masjidil Haram dimulai tahun lalu dengan tujuan agar dapat lebih banyak menampung lebih banyak pengunjung.
Pada Juli lalu, Raja Salman bin Abdulaziz meluncurkan lima proyek baru yang termasuk dalam tahap ketiga perluasan Masjidil haram. Proyek yang diinisiasi oleh almarhum Raja Abdullah ini diperkirakan senilai US$26,6 triliun.
Hingga saat, dua warga negara Indonesia atas nama Iti Rasti Darmini (embarkasi Jawa Barat) dan Masnauli Sijuadil Hasibuan (embarkasi Medan) terkonfirmasi tewas.
Direktur Jenderal Perlindungan Warga Negara Indonesia dan Badan Hukum Indonesia, Lalu Muhammad Iqbal menyatakan bahwa diduga terdapat empat WNI lain yang tewas, tetapi belum dapat dikonfirmasi kebenarannya hingga berita ini ditulis.