Kebanyakan dari kita ketika listrik padam responnya yang ada cenderung negatif. Ada yang ngomel, ada yang uring-uringan, ada yang marah-marah, bahkan ada yang ngamuk-ngamuk saking kesalnya. Pemicunya beragam: kadang sedang keadaan kerja yang membutuhkan kelistrikan, kadang sedang nonton TV, kadang sedang kumpul-kumpul dan berbagai kondisi yang lainnya. Apalagi bagi yang sedang nonton siaran langsung sepakbola tim favoritnya, ketika mendadak listrik pada saat pertandingan berlangsung.. sumpah serapah dan caci maki langsung keluar dari mulut. Tapi apakah kita tau apa yang sedang terjadi di luar sana terkait kondisi kelistrikan yang ada? Apakah kita tau secara pasti apakah penyebab padamnya listrik tersebut?
Sekitar 2 minggu yang lalu, seorang petugas PLN yang bekerja di wilayah daerah ane meninggal dunia akibat meledaknya sebuah trafo PLN yang sedang dilakukan proses perbaikan atau maintenance. Ada kalanya untuk menghindari kekecewaan konsumen pengguna listrik, proses maintenance tertentu dilakukan tanpa dilakukannya pemadaman arus listrik. Reza nama petugas tersebut, seorang pemuda lajang yang bekerja sebagai karyawan outsource di PLN. Reza meninggal di tempat dengan sebagian tubuh luka parah terbakar sengatan listrik. Temannya yang berada disampingnya saat kejadian masih terselamatkan nyawanya, meski sempat terlempar akibat daya ledakan trafo yang sedang diperbaikinya.
Sejak kejadian tersebut di atas, TS pribadi jadi lebih cooling down ketika menghadapi listrik padam. Tidak ada lagi yang namanya ngomel-ngomel atau uring-uringan tatkala listrik padam. Saat listrik padam, TS lebih memilih khusnudzon bahwa ada kondisi-kondisi darurat yang memaksa pihak PLN untuk melakukan pemadaman listrik. Buat TS pribadi, TS lebih memilih legowo dengan listrik yang padam, daripada harus bertambah korban Reza yang lainnya. Bayangkan bagaimana remuk redam dan sedihnya perasaan orang tua dan keluarga dari Reza, pagi berangkat bekerja dalam keadaan sehat, malam kembali dalam keadaan sudah tak bernyawa. Kita yang punya rasa empati dan simpati, pasti sedih ngebayanginnya.. apalagi kalau agan tau bahwa gaji seorang pekerja outsource di PLN tidak sebesar dengan resiko yang harus mereka hadapi dalam pekerjaan mereka.
Mungkin sebagian dari kaskuser yang baca trit ini pernah mengalami yang namanya kesetrum. Ane pernah beberapa kali gan, terutama waktu masih kecil dulu, bahkan ada yang membekas dalam bentuk luka seperti bekas luka imunisasi di lengan. Ente bayangin aja gan, rasanya badan kaya begitu ketika kena setrum listrik tegangan 220 VOLT yang sudah masuk ke dalam rumah-rumah pelanggan. Bagaimana dengan yang puluhan ribu volt?