3 Risiko ini Bakal Hadang Ekonomi Indonesia


Bank Indonesia (BI) memperingatkan adanya tiga risiko yang harus diwaspadai pemerintah. Untuk sementara Indonesia bisa bernapas lega setelah inflasi Lebaran relatif terjaga stabil.



Ketiga risiko yang bakal mempengaruhi inflasi Indonesia tersebut adalah perkembangan nilai tukar rupiah dan penyesuaian harga barang yang diatur pemerintah (administered price).

Satu risiko lain yang diperingatkan bank sentral adalah dampak El Nino terhadap laju inflasi ekonomi nasional.

Mengutip keterangan tertulis BI, Selasa, 4 Agustus 2015, Bank Sentral menilai inflasi lebaran 2015 terkendali dan lebih rendah dibandingkan rata-rata inflasi historis lebaran dalam empat tahun terakhir.

Hal tersebut ditopang oleh terjaganya inflasi harga bahan makanan yang bergejolak (volatile food) dan inflasi inti yang rendah.

"Inflasi inti tercatat sebesar 0,34 persen (mtm) atau 4,86 persen (yoy), cukup rendah dibandingkan pola historisnya," ujar BI dalam keterangannya.

Terkendalinya harga ini terutama terkait dengan ekspektasi inflasi yang terkendali dan kegiatan ekonomi domestik yang melambat. Inflasi volatile food tercatat sedikit lebih tinggi dari pola historisnya, namun tetap terkendali dengan realisasi sebesar 2,13 persen (mtm) atau 8,97% (yoy).

Tekanan inflasi volatile food terutama disumbang oleh kenaikan harga ikan segar, daging ayam, beras, dan aneka cabai. Di sisi lain, bawang merah menyumbang deflasi yang cukup besar, didorong oleh panen yang sedang berlangsung di beberapa sentra produksi.

BI juga mengapresiasi langkah stabilisasi harga oleh pemerintah yang berhasil menjaga inflasi volatile food.

Khusus inflasi harga barang akibat kebijakan (administered prices) yang tercatat naik, BI menilai hal itu disumbang oleh kenaikan tarif transportasi sesuai dengan pola musiman lebaran.