Mata-mata Polisi ini Intai Aksi Buruh dari Udara


Saat buruh melakukan aksinya di Bunderan Hotel Indonesia, Jakarta Pusat, ada benda seperti helikopter mini yang berputar-putar di langit kawasan itu. Benda itu adalah drone milik Polda Metro Jaya.


Inspektur Satu Rudi Wira, perwira dari Ditlantas Polda Metro Jaya, terlihat sibuk mengoperasikan drone tersebut. Tangannya lincah menekan tuas pada remote control untuk mengendalikan drone. 

Melalui kamera yang dilengkapi pada drone tersebut, Iptu Rudi merekam pemandangan demo buruh di Bundaran HI untuk nantinya dikirim ke Traffic Management Center (TMC) Ditlantas Polda Metro Jaya. 

"Bisa direkam, bisa juga streaming. Video ini nantinya untuk TMC," kata Iptu Rudi, kepada Kompas.com, di Bundaran HI, Jakarta Pusat, Jumat (1/5/2015). 

Iptu Rudi menjelaskan, drone yang dioperasikan berjenis DGI Phantom II. Harga per unitnya sekitar Rp 15 juta. Soal kecanggihan, drone ini cukup mumpuni. Ia menjelaskan, pesawat tanpa awak ini memiliki kemampuan terbang setinggi 500 kaki dan dapat dikontrol sejauh 3 kilometer. 

"Dapat dikendalikan dengan remote control atau melalui aplikasi dari handphone (smartphone)," ujar Iptu Rudi. 

Tak banyak perbedaan mengendalikan drone dengan remote control atau melalui handphone. Hanya saja, melalui handphone kelebihannya drone bisa terbang dengan autopilot setelah mengatur titik terbangnya. 

Soal merekam video, drone ini 'dipersenjatai' dengan kamera video beresolusi tinggi (HD) yakni 1080 pixel dengan kecepatan merekam video 60 frame per detik. Menurut Iptu Rudi, drone tersebut juga dapat menjepret foto dari udara. "Resolusi kameranya 10 megapixel," ujar Iptu Rudi. 

Gambar yang diambil oleh drone dapat disimpan di kartu memori ataupun langsung streaming ke TMC Polda Metro. Selama melakukan pemantauan udara, lanjutnya, drone dapat terbang selama 15 menit hingga bateranya habis. 

TMC Polda Metro melengkapi kerja drone mereka dengan fasilitas enam baterai cadangan untuk menambah waktu terbangnya. Sebuah layar kecil digunakan sebagai mata bagi Iptu Rudi untuk mengendalikan dan melihat hasil bidikan kamera drone. 

Setahun Dioperasikan 

Bagi Iptu Rudi, menerbangkan drone memang pekerjaan mudah. Namun, perlu tanggung jawab besar. Pasalnya, Iptu Rudi mesti berhati-hati mengendalikan drone dengan berat sekitar 2,5 kilogram tersebut. Hal ini untuk menghindari error yang mungkin berakibat kecelakaan. 

"Jadi naiknya itu mesti halus, pelan-pelan. Soalnya kalau terlalu kencang bisa lost contact, bahaya," kata Iptu Rudi. 

Meski ada ancaman paling fatal hingga jatuh, namun dengan bantuan GPS drone dapat kembali dengan selamat bila ada gangguan teknis. "Drone akan turun sendiri, Insya Allah enggak ada kemungkinan jatuh," ujar Iptu Rudi. 

Ia mengaku, tak perlu latihan untuk mengendalikan drone ini. Iptu Rudi belajar mengendalikannya secara otodidak. Meski sudah jadi 'penerbang' handal, tetap saja satu dua kesalahan terjadi. 

"Pernah nabrak pohon, tapi jatuhnya enggak parah. Cuma ada satu drone yang pernah jatuh dan rusak," ceritanya. 

Sejak tahun 2014, lanjut Iptu Rudi, TMC Polda Metro sudah mengoperasikan dua unit drone. Kerja pesawat tanpa awak ini sudah membantu kepolisian mengawasi beragam kegiatan mulai demo, mudik, dan kemacetan lalu lintas dari udara.